Talenta Blog
KEANEKARAGAMAN DAN KESATUAN BANGSA INDONESIA
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman suku bangsa dengan bahasa, adat istiadat dan agama. Contoh kekayaan budaya Indonesia:
Provinsi Suku Bahasa Rumah Adat Tarian Alat Musik
Jawa Tengah Jawa Jawa Rumah Joglo Gambyong Gamelan
Bali Bali Bali Gapura Candi bentar Kecak Gerantan, Gamelan Bali
Papua Barat Asmat, Arfak Ma’ya, Ambel Mod Aki Aksa (Lgkojei) Musyoh, Sajojo Guota, Triton
Kalimantan Tengah Dayak Ngaju Dayak, Bakumpai Rumah Betang Putri Malawen Babun, Gandang
Bengkulu Pekal, Rejang Melayu, Rejang Rumah Bubungan Lima Andun, Ganua Dol, Serunai
Selain kekayaan suku dan budaya, Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya alam. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui melimpah di negara kita. Indonesia kaya akan barang-barang tambang, hutan dan pemandangan alam.
Selain itu Indonesia juga kaya akan peninggalan-peninggalan budaya pada masa lalu. Misalnya, berbagai candi dan prasasti peninggalan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Muara Takus, Prasasti Ciaruten, Prasasti Tarumanegara, Prasasti Yupa, Prasasti Batu Tulis dan masih banyak lagi.
Indonesia juga kaya akan agama, ada agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Keenam agama tersebut mampu hidup dalam kebersamaan dan keberagaman yang ada di Indonesia.
Keanekaragaman itu menjadi kebanggaan dan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Bangga karena Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan yang melimpah. Tantangan karena bangsa Indonesia berusaha untuk menyatukan orang dari berbagai suku bangsa dengan beranekaragam budayanya.
Dengan demikian, setiap warga negara memiliki tanggung jawab yang sama yaitu untuk mengusahakan dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Pada masa perjuangan kemerdekaan, para pemuda Indonesia menyatukan tekat untuk bersatu sebagai bangsa Indonesia. Tekat tersebut tercetus dalam Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928, yang berisi:
Kami, Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami, Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda tersebut membangkitkan rasa persatuan bagi setiap warga negara secara khusus para pemuda pada saat itu yang terpupuk hingga saat ini.
Bukan hal yang mudah bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia berjuang untuk memperoleh kemerdekaan dari penjajahan bangsa asing. Sama halnya dengan perjuangan bangsa Israel yang berjuang untuk dapat masuk tanah terjanji.
Yosua mengambil peran sebagai pemersatu karena Yosua adalah wakil Allah bagi orang Israel. Dalam kepemimpinan Yosua bangsa Israel yang terdiri dari duabelas suku bersatu dan tidak membeda-bedakan satu sama lain. Mereka memiliki semangat persatuan dan kesatuan yang kuat. Berkat kesatuan dan kesatuan itu mereka akhirnya dapat merebut Tanah Terjanji (Yosua 6:1-20).
Yosua adalah pemimpin bangsa Israel, namun pemimpin sesungguhnya bangsa Israel adalah Allah sendiri. Allah yang menjaga dan menaungi bangsa Israel dalam setiap perjuanganya. Kitapun dapat belajar dari bangsa Israel yang menjadikan Allah sebagai pemimpin utama mereka dalam mejaga persatuan dan kesatuan.
Kitapun sebagai satu bangsa dapat bersatu berkat semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’. Dengan semboyan tersebut, kita semua tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Gereja juga turut berjuang untuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Mgr. Soegijapranata dan para pemuda Katolik ikut berjuang dalam usaha kemerdekaan bangsa Indoneseia. Mgr. Soegijapranata memiliki semboyan yang terkenal yaitu ‘Menjadi seratus persen Katolik dan seratus persen warga negara Indonesia’. Dengan semboyan itu, setiap orang dan secara khusus umat Katolik diajak untuk benar-benar mencintai negaranya dan sekaligus mencintai agamanya. Selain Mgr. Soegijapranata, ada pula Yosafat Sudarso, Agustinus Adi Sucipto, I.J. Kasimo, Ignatius Slamet Riyadi dan orang-orang Katolik lainya yang berjuang untuk bangsa ini.