NABI YESAYA

Manusia rupanya sudah akrab dengan dosa dan setiap kali jatuh lagi ke dalam dosa yang sama. Demikian pula yang dialami oleh umat Israel. Namun demikian Allah senantiasa mencintai mereka dan mengutus para nabi untuk mengingatkan umat Israel untuk berbalik pada Allah.

Setelah masa kejayaan bangsa Israel yang dipimpin oleh raja Daud dan Salomo, bangsa Israel mengalami berbagai bencana karena mereka tidak setia kepada Allah.

Mereka menyembah berhala kepada dewa-dewa dari bangsa-bangsa lain.

Allah sebenarnya tidak menginginkan umat-Nya sengsara dan menderita. Allah mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan bagi manusia sebagai pelajaran untuk mendidik manusia.

Dalam kemunduran iman orang Israel, nabi Yesaya diutus Allah untuk bernubuat. Nubuat itu berisi ancaman dan janji-janji yang memberi harapan bahwa Allah akan selalu menyertai mereka dalam menghadapi setiap musuh dan juga akan mengirimkan kepada mereka Juru Selamat.

Nabi Yesaya berasal dari keluarga bangsawan di Yerusalem. Ia lahir pada tahun 765 sebelum Masehi. Ia menjadi penasihat para raja di Kerajaan Yehuda.

Nabi Yesaya dipanggil menjadi nabi pada tahun 740 sebelum Masehi dalam usia kurang lebih 25 tahun. Ia berkarya selama 40 tahun di antara bangsa Israel.

Pada zaman nabi Yesaya berkarya, bangsa Israel mengalami:

            Kemerosotan moral

            Terjadi ketidakadilan di berbagai bidang kehidupan

            Rakyat kecil menjadi tumbal kekuasaan orang-orang yang tidak bertanggung jawab

Nabi Yesaya diutus untuk mengajak orang Israel bertobat dari ketidakadilan. Yesaya menyadarkan mereka agar percaya kepada Allah.

Yesaya juga mendorong para pemimpin untuk hidup menurut ajaran Allah dan berlaku adil. Ia mengingatkan bahwa umat Allah akan celaka dan binasa kalau tidak mendengarkan Allah.

Yesaya kemudian meramalkan perdamaian dunia dan kedatangan seorang mesias yang lahir dari keturunan Daud.

Nabi Yesaya menggambarkan cinta Allah yang tanpa balas pada manusia sebagai berikut:

      “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, shingga ia tidak menyayngi anak dari kandungannya? Sekalipun ia melupakannya, Aku tidak akan melupakan                engkau.” (Yesaya 49:15)

Maksudnya adalah Allah tidak akan meninggalkan kita manusia. Apapun keadaan yang kita alami, Allah selalu mencintai kita. Meskipun kita penuh dosa dan salah, Allah tetap setia mendampingi kita manusia.

Yesaya juga menyatakan bahwa ketika Juru Selamat itu datang, kedamaianlah yang akan dirasakan. Tidak ada lagi pertengkaran dan ketidakadilan. Semuanya hidup berdampingan dan dipenuhi kebahagiaan.

Kelas
6
Mata Pelajaran
PAK
Oleh
Ign Eka Nugroho
Tanggal
05 February 2020