Bacaan: Matius 6:34
"Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok memunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari, cukuplah untuk sehari."
Renungan:
Sir William Osler yang dikenal berotak cemerlang mengatakan bahwa sebenarnya otaknya termasuk berkualitas sedang. Ia bisa mencapai yang terbaik di dalam hidupnya karena ia telah belajar menerapkan hidup dalam "jangka waktu terbatas". Artinya kita harus menutup rapat-rapat "pintu belakang dan pintu depan". Salah satu hal yang sering menyiksa manusia sehingga tidak bisa menikmati kehidupan ini adalah kebiasaan membiarkan kesedihan serta kekecewaan masa lalu (pintu belakang) dan khawatir memikirkan hari esok (pintu depan).
Kita harus belajar memahami apa yang dikatakan Yesus dalam Matius 6:34, "Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok memunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari, cukuplah untuk sehari." Bukankah kita seringkali begitu menenggelamkan diri di dalam kesedihan dan kekecewaan dengan memikirkan kegagalan kita dan perbuatan jahat orang lain lakukan kepada kita di hari-hari yang lalu. Di tambah lagi dengan kekhawatiran memikirkan bagaimana besok dan bagaimana hari tua kita.
Pada kenyataannya, tidak pernah kekhawatiran bisa meringankan beban kita atau mendatangkan keuntungan. Sebaliknya orang yang selalu khawatir pasti tidak tenang, tertekan dan akhirnya merusakan kesehatannya. Allah yang memelihara kita adalah Pribadi yang hidup Dan dapat diandalkan. Kalau Dia mengajarkan kita untuk tidak khawatir, itu berarti bahwa Ia menjamin seluruh kehidupan kita termasuk apa yang kira khawatirkan. Kuncinya adalah percaya pada pemeliharaan Tuhan dan lakukan yang terbaik hari ini. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, ampuni aku karena kekhawatiran ku telah meragukan janji pemeliharaan-Mu padaku. Ajarilah aku untuk mau memercayai-Mu sepenuhnya, sehingga dalam keadaan apapun juga, aku tetap punya pengharapan untuk hari esok yang lebih ceria. Amin.
Bacaan: Yunus 1:4 Tetapi firman Tuhan: "Layakkah engkau marah?"
Renungan:
Apakah kita pernah marah kepada Allah karena sesuatu tidak terjadi menurut kehendak kita? Apakah kita pernah marah pada Allah karena Allah tidak mengabulkan doa kita? Apakah kita pernah marah karena Allah tidak menghukum orang-orang yang menyakiti hati kita? Yunus marah kepada Allah karena ia ingin agar kehendaknyalah yang terjadi dan bukan kehendak Allah. Di dalam hatinya Yunus ingin agar hukuman yang direncanakan Allah untuk orang-orang Niniwe tetap dilaksanakan. Yunus tidak mengharapkan Allah mengampuni orang-orang Niniwe sebagaimana Allah sudah mengampuninya.
Kita jangan pernah lupa bahwa kitapun memerlukan pengampunan, demikian juga halnya dengan orang-orang yang menyakiti kita, mereka juga memerlukan pengampunan. Jika kita tidak bisa memberikan pengampunan terhadap orang-orang yang sudah menyakiti kita, maka kita sudah melakukan hal yang bertentangan dengan kehendak Allah. Yunus berpendapat ia lebih baik mati daripada melakukan kehendak Allah. Ini menunjukkan ketidakdewasaannya. Ini adalah kerohanian yang kekanak-kanakan. Padahal Allah mengasihi semua orang dan menginginkan mereka bertobat.
Yunus memiliki sikap mementingkan diri sendiri, sedangkan Allah penuh anugerah. Kasih dan perhatian Allah di luar pengertian dan jangkauan kita, dan Ia mau agar kitapun memiliki kasih seperti itu sehingga kita tidak menjadi marah kalau Allah mencurahkan anugerah-Nya kepada orang-orang yang tidak kita sukai. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, ampuni aku kalau aku pernah marah pada-Mu apabila sesuatu yang terjadi dalam hidupku tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Sadarkanlah aku bahwa kehendak-Mu adalah yang terbaik dalam hidupku. Jangan biarkan aku menjadi allah atas diriku sendiri dengan menuntut supaya kehendakku yang terlaksana. Tuhan Yesus ampuni aku karena tidak sepantasnya aku marah pada-Mu. Amin.
Bacaan: Amsal 13:10
"Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat memunyai hikmat."
Renungan
Mengapa dikatakan bahwa keangkuhan mendatangkan penderitaan bagi manusia? Orang yang angkuh tidak bisa bersabar jika ada orang yang menghalangi keinginannya. Ia mudah tersinggung, mudah sakit hati dan menyimpan dendam kepada sesama. Orang yang angkuh tidak bisa menerima penghinaan terhadap dirinya sendiri. Ia tidak memiliki damai sejahtera di dalam hatinya karena selalu ingin dihargai, diutamakan, ingin dipuja dan dibanggakan. Keangkuhan adalah penyakit yang menyiksa begitu banyak manusia di dunia ini. Keangkuhan merupakan keinginan untuk selalu berada di atas dan tidak boleh ada yang mengalahkannya. Sebaliknya orang yang rendah hati tidak memiliki gejolak dan tekanan di dalam hatinya. Ia menjalani segala sesuatunya sebagaimana mestinya dan apa adanya. Ia tidak peduli orang lain akan merendahkan dan menghina dia atau apakah penilaian orang terhadapnya. Ia tampil apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga ia bisa menikmati hidup ini dengan bebas. Hatinya damai dan bebas dari rasa frustasi karena ia tidak menuntut banyak hal untuk orang lain lakukan bagi dia. Ia tidak mengharapkan penghargaan yang berlebihan dari orang lain sehingga ia bebas dari rasa sakit hati ketika orang lain tidak menghormatinya.
Marilah berdiam diri sejenak di hadapan Tuhan. Apakah saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang angkuh di dunia ini? Keangkuhan akan merampas habis damai sejahtera yang seharusnya kita miliki. Belajarlah pada Yesus yang rendah hati, karena dengan demikian kita akan mendapatkan ketenangan jiwa. Tuhan Yesus memberkati
Doa:
Tuhan Yesus, jangan biarkan damai sejahtera-Mu terampas dari dalam hatiku karena sifat keangkuhan yang kumiliki. Ajarilah aku untuk rendah hati melebihi yang lain agar damai sejahtera-Mu dapat tetap tinggal dalam hatiku. Oleh karena itu, hancurkanlah ambisi dalam diriku yang ingin dipuji, dihormati, disanjung dan dinomorsatukan. Berikan damai-Mu saja Yesus itu sudah cukup bagiku. Karena damai-Mu menjadikan senyumku indah, seindah pancaran kasih-Mu. Amin.
George Washington memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Ia dikenal sebagai pribadi yang tekun berdoa. Di Valley Forge yang merupakan sebuah kamp militer, ia juga sering didapati sedang berdoa. Suatu kali ada seorang petani yang sedang mendekati kamp militer itu. Dari luar ia mendengar suara dari orang yang sedang berdoa sungguh-sungguh. Ketika ia menghampiri kamp tersebut, ternyata ia melihat George Washington sedang berlutut, berdoa dan pipinya basah dengan air mata. Dengan segera si petani pulang dan berkata kepada istrinya, "George Washington akan berhasil! Amerika akan meraih kemerdekaan!" Sang istri bertanya, "Apa yang membuatmu berpikir demikian?" Si petani menjawab, "Aku mendengarnya berdoa di kamp militer hari ini. Tuhan pasti mendengar doanya dan akan menjawabnya." Dan pada akhirnya Amerika benar- benar merdeka dan nama George Washington diabadikan menjadi nama ibukota negara tersebut.
Apakah saat ini kita sedang bergumul karena satu permasalahan dalam keluarga, sekolah, kantor atau masyarakat? Mungkin keluarga kita terancam pisah, atau perusahaan di tempat kita bekerja terancam mengalami kebangkrutan. Tuhan hanya butuh satu pribadi yang mau setia untuk berdoa bagi keluarga atau perusahaan tempat kita bekerja. George Washington hanyalah seorang biasa, tapi dia punya kesetiaan dalam doa. Saat kita mulai setia di dalam doa, ada perubahan terjadi dalam kehidupan kita dan sekitar kita. Maukah kita dipilih oleh Tuhan untuk menjadi tiang doa dalam keluarga atau tempat kerja kita? Kalau ya, nyatakanlah keinginan kita saat ini pada Tuhan, sehingga Tuhan akan menjadikan doa kita penuh kuasa. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, taruhlah roh doa dalam hatiku, agar di manapun aku berada, masalah apapun yang kuhadapi, aku tetap Kau dapati untuk setia dan tekun dalam doa-doaku. Jangan biarkan perkara duniawi dan pergumulan hidupku mengendorkan jam-jam doaku. Yesus, saat ini banyak pribadi yang harus kudoakan, terutama pasanganku, anak-anaku, dan orang tuaku. Mampirlah Tuhan dalam hatiku saat ini, sehingga hadiratMu menguasai diriku. Amin.
Bacaan: Yohanes 11:4
Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan."
Renungan:
Seorang raja memutuskan untuk melakukan perjalanan melalui laut dengan beberapa pelayan setianya. Mereka bergabung dengan kapal di Dubai dan berlayar di laut terbuka. Namun, setelah kapal menjauh dari pinggiran pantai, pelayannya, yang belum pernah melihat lautan, mulai panik. la mulai menangis, berteriak dan menolak untuk makan atau tidur. Semua orang mencoba untuk menenangkannya, mengatakan bahwa perjalanan itu tidak berbahaya. Tapi meskipun ia mendengar kata- kata mereka, tetap saja ia berteriak ketakutan. Raja tidak tahu apa yang harus dilakukan, sehingga perjalanan di laut tenang itu, kini menjadi siksaan bagi para penumpang dan awak yang lain. Dua hari berlalu tanpa ada yang bisa tidur karena teriakan pria itu. Raja hendak meminta nahkoda kapal untuk kembali ke pelabuhan, ketika salah satu menterinya, yang dikenal bijaksana, datang dan berkata, "Yang Mulia, dengan izin anda, saya akan menenangkannya." Sang Menteri lalu memerintahkan agar orang itu dibuang ke laut. Beberapa anggota kru lalu melemparkannya ke laut. Orang itu meronta-ronta di laut, tenggelam, dan banyak menelan air laut, muncul kembali ke permukaan, berteriak lebih keras dari sebelumnya, tenggelam lagi, dan berhasil ke permukaan sekali lagi. Saat itulah, menteri memerintahkan agar menarik orang itu kembali ke kapal. Sejak saat itu, tidak ada yang mendengar lagi keluhan dari orang itu. Ia menghabiskan sisa perjalanan dalam ketenangan. Bahkan ia berkomentar kepada salah satu penumpang kapal bahwa ia tidak pernah melihat sesuatu yang begitu indah seperti langit dan laut yang menyentuh cakrawala. Perjalanan, yang sebelumnya menjadi siksaan bagi semua orang di atas kapal, kini jadi menyenangkan dan penuh kedamaian. Beberapa waktu kemudian, Raja bertanya kepada menterinya, "Bagaimana kau bisa tahu, bahwa dengan melemparkan orang itu ke laut, akan membuatnya tenang?"
Menterinya pun menjawab, "Karena pernikahan saya. Saya selalu takut kehilangan istri saya, dan sangat cemburu sehingga saya tidak pernah berhenti berteriak dan menjerit seperti orang itu. Suatu hari la meninggalkan saya, dan saya mencicipi pengalaman mengerikan hidup tanpa dia. la mau kembali lagi ketika saya berjanji tidak pernah lagi menyiksanya dengan ketakutan saya."
Dalam kehidupan ini mungkin sering kita dihadapkan kepada lembah kekelaman. Mungkin kita merasa takut dan begitu cemas dalam menjalani kehidupan ini. Kisah di atas mungkin bisa menjadi pembelajaran untuk kita. Tuhan terkadang mengizinkan kita ada di dalam lembah kekelaman. Hal ini bertujuan agar kita mengerti kasih karunia Tuhan yang ada di dalam kehidupan kita ini. Masih ingatkah kita dengan kisah Lazarus yang Tuhan bangkitkan? Dalam satu ayat dikatakan, "Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, la sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana la berada." Dari ayat tersebut, kita mengerti bahwa saat Yesus mengetahui Lazarus dalam kesakitan, Yesus bertindak seolah-olah membiarkan Lazarus dalam kesakitan itu. Namun tujuan yang ingin dicapai Yesus adalah agar kemuliaan Tuhan semakin dinyatakan. Jadi, saat ini, apapun yang menjadi problem atau permasalahan kehidupan kita, jangan takut, karena tepat pada waktunya kita akan melihat kuasa Tuhan dinyatakan, pertolongan Tuhan kita alami dan kita akan mengerti betapa besarnya kasih Tuhan untuk kita, sehingga kita dapat menjalani hidup ini dengan penuh rasa syukur. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau selalu ada untukku. Sabda-Mu senantiasa menguatkanku, sehingga apapun masalahku saat ini dan bagaimanapun keadaanku saat ini, aku percaya bersama dengan Engkau semua akan baik-baik saja. Amin.
1 Timotius 4:4 (TB)
Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur.
1 Korintus 6:12 (TB) Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna.
Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.
Kita hidup di era kemajuan teknologi komunikasi. Buah dari kemampuan manusia mengembangkan budaya berupa apa yang kita rasakan, apa yang kita butuhkan dan nikmati saat ini.
Sorotan kita, sebagai mahluk sosial yang selalu butuh berinteraksi dengan sesama maka medsos merupakan wadah kita untuk aktualisasi diri dan berkomunikasi, dimana wadah itu ternyata nan luas tanpa batas, namun beresiko kebablas jika tidak ber awas awas.
Sulit bahkan tidak mungkin hidup di jaman now dengan menolak teknologi. Namun kita juga harus waspada jika teknologi itu membuat arah hidup kita melenceng, atau malah menjadikan kita hilang arah sama sekali alias tidak tahu tujuan hidup.
Mengapa medsos perlu kita waspadai? Karena dari medsos kita mendapat teman yang memberi kita penerimaan dan pengakuan. Kita merasa begitu berharga jika telah terkumpul makin banyak followers, friends, like dan subscriber . Dalam hal ini, wajar jika sebagai buah alami dari komunikasi, tidak wajar jika diri kita jadi pemburu followers, like dsb yang menyita waktu dan perhatian kita untuk memantau "musim" hujan atau kemarau like pada medsos kita. Banyak waktu akan hilang terbuang, fokus kerja akan hilang pula, alhasil prestasi akan melayang terbang.
Belum lagi, jika kita gampang terbawa perasaan, melihat status, unggahan orang. Tanpa kita rasa, arus buruk medsos menyeret kita bukan? Mulai arus adu gengsi, arus adu nalar, bahkan arus adu rohani. Menyita waktu utama hidup kita di alam sana, membuat lalai tugas kita di alam sini.
Sobat, jangan hidup dikuasai medsos! Pakai bersama medsos untuk membangun, agar diri kita dan komunitas kita tumbuh kembang.
Renungan:
Suatu kali Billy Martin manajer baseball mengadakan perjalanan untuk berburu dengan Mickey Mantle. Mereka pergi ke peternakan teman Mickey yang bisa memberi izin berburu di peternakannya. Akhirnya mereka tiba dan Mickey menyuruh Martin menunggu di mobil sementara ia meminta izin pada sahabatnya. Sahabatnya pun memberi izin tetapi dengan satu permintaan. "Saya memiliki satu keledai peliharaan yang buta di kandang. Saya tidak tega melihatnya menderita. Maukah kau menembaknya untukku?" pinta sahabatnya. Mickey pun menyetujui. Saat ia kembali ke mobil, ia berpura-pura marah, membanting pintu sampai tertutup. "Ada apa?" tanya Martin. Mickey menggeram, "Temanku tidak mengizinkan kita berburu di tanahnya. Aku kesal dan aku akan pergi ke kandangnya untuk menembak salah satu keledainya." Mickey mengendarai mobil ke kandang seperti orang gila. Martin yang bersamanya pun merasa ngeri dan berteriak, "Kita tidak dapat melakukan ini." "Coba lihat saja," jawab Mickey. Tiba di kandang, Mickey melompat dari mobil dengan senapannya, berlari ke dalam dan langsung menembak keledai tersebut. Tetapi saat ia meninggalkan kandang, ia mendengar dua tembakan lagi. Dia berlari ke dalam mobil dan melihat bahwa Martin telah mengeluarkan senapannya juga. "Apa yang kau lakukan Martin?" teriaknya. "Kita tunjukkan pada orang brengsek itu. Aku baru saja membunuh dua dari sapi-sapinya!" kata Martin dengan wajah penuh kemarahan. Begitu cepat virus kemarahan menular. Tidak menunggu waktu berhari-hari untuk membiarkannya, dalam hitungan menit pun ia sudah tersebar.
Terkadang tanpa disadari kita pun sering bersikap seperti Martin. Emosi kita mudah terpancing dengan situasi yang memicu kita untuk kesal. Tetapi firman Tuhan mengajak kita agar tidak lekas gusar dan marah bagaimanapun keadaannya. Seseorang pernah berkata bahwa kemarahan mengurangi limphocytes dalam tubuh kita, yang menyebabkan menurunnya antibodi yang diperlukan untuk memerangi penyakit-penyakit menular. Untuk itu sangatlah bijak jika kita bersikap tenang dalam menyikapi keadaan yang panas.
Untuk bisa menghindari kemarahan dengan cepat ada baiknya kita memerhatikan keadaan yang sebenarnya dan informasi yang kita dapat harus terbukti jelas. Jangan lekas gusar saat mendengar suatu perkataan atau keadaan yang membuat kita marah. Dengan memiliki kesabaran maka kita akan beruntung. Selain jadi berkat, orang lain pun senang bersahabat dengan kita. Karena tidak ada orang yang suka bergaul dengan pemarah, malah ia akan dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya. Untuk itu marilah kita membentengi hati dengan kesabaran. Tuhan Yesus memberkati.
Bacaan: Amsal 22:24-25
"Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah,
supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri."
Doa:
Tuhan Yesus, biarlah aku semakin bijak dalam menyikapi situasi yang mungkin memicu kemarahan dan mampukanlah aku untuk sabar menghadapinya. Amin. (Dod).
Bacaan: Amsal 16:33 "Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN."
Renungan:
Sering kita mendengar berita yang menghebohkan yaitu dengan tertangkapnya para pelaku kejahatan. Ada yang terlibat kasus korupsi, pembunuhan, narkoba dan lain sebagainya. Dikatakan heboh karena orang-orang itu sudah lama bersembunyi, seakan-akan tidak terjangkau oleh aparat keamanan, namun akhirnya tertangkap juga.
Demikian juga dengan Akhan bin Karmi, yang tidak bisa bersembunyi setelah melakukan sesuatu yang dianggap jahat di mata Tuhan. Sebagaimana diceritakan di dalam Yosua 7:1 bahwa Akhan bin Karmi telah mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan, baik yang dikhususkan untuk dimusnahkan maupun yang harus dimasukkan ke dalam perbendaharaan Tuhan. Tidak lama setelah itu, ketahuan bahwa Akhan yang telah mengambil barang-barang tersebut. Ada dua hal yang menarik untuk kita perhatikan berkaitan dengan peristiwa ini yaitu: Pertama, Akhan adalah salah satu dari sekian banyak orang Israel saat itu. Memang tidak disebutkan secara pasti, namun jumlah orang Israel yang memasuki Kanaan tentulah sangat banyak, mengingat mereka ada yang masih di bawah umur ketika keluar dari Mesir dan banyak juga yang lahir selama 40 tahun pengembaraan mereka di padang gurun. Mencari seseorang dari sekian banyak orang tersebut adalah bagaikan mencari jarum ditumpukan jerami. Namun kenyataannya Akhan tertangkap juga. Tentu saja karena Tuhan yang menolong Yosua untuk menemukan sang pembuat celaka bangsanya itu.
Kedua, Akhan tertangkap dengan metode pengundian. Cara yang dilakukan oleh Yosua ini menjadi kebiasaan bangsa Israel untuk menemukan seseorang yang diduga berkaitan erat dengan sebuah peristiwa. Diawali dengan memperhadapkan suku demi suku, kemudian kaum demi kaum, kemudian keluarga demi keluarga, yang terakhir seorang demi seorang dan didapatilah Akhan. Sekalipun dengan cara pengundian, tetapi Tuhan sendirilah yang memutuskan. Jauh setelah peristiwa itu terjadi, penulis Amsal menuliskan dalam Amsal 16:33, "Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal daripada Tuhan." Intinya adalah tidak ada yang bisa bersembunyi setelah melakukan tindakan yang dianggap jahat di mata Tuhan. Pasti pada akhirnya ketahuan dan tertangkap.
Sebagai orang percaya pada Tuhan Yesus, kita juga harus sadar bahwa Tuhan menjelajah seluruh bumi, artinya bahwa tidak ada yang luput dari pengawasan-Nya. Apapun yang kita perbuat, Tuhan tahu, bahkan apa yang ada di dalam hati kita pun Tuhan tahu. Maka Jangan melakukan tindakan yang dianggap jahat di mata Tuhan. Sebab dimanapun kita melakukannya, pasti akan ketahuan. Kita tidak bisa bersembunyi dari Tuhan dan suatu saat kejahatan kita akan diungkap oleh Tuhan, kecuali kita bertobat, maka Tuhan tidak akan mempermalukan kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, aku sadar bahwa Engkau melihat semuanya. Maka ampunilah segala dosaku dan jangan Kau ungkap tindakan jahatku di hadapan sesamaku. Amin.
Bacaan: Roma 4:18-20
Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.
Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah."
Renungan:
Di manakah kita akan menempatkan iman kita ketika di hadapan kita hanya ada sebuah fakta ketidakmungkinan? Abraham telah berusia 100 tahun sementara rahim Sarah telah tertutup ketika Tuhan menjanjikan seorang anak kepadanya. Namun dikatakan bahwa Abraham berharap juga dan percaya bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa. Hal ini diperhitungkan Tuhan kepadanya sebagai kebenaran. Demikianlah Tuhan menerima bukti dari imannya dalam sebuah kemustahilan hidup.
Apa yang dihadapi Abraham tidak berbeda dengan situasi kehidupan kita, di mana iman dan fakta hidup berada di dua belahan dunia yang berlainan. Kehidupan kita sehari-hari dipenuhi dengan perkara-perkara yang membuat kita melihat sebuah kemustahilan. Kita diperhadapkan pada situasi yang sulit untuk memilih antara memercayai sesuatu yang belum kita lihat dengan mata iman atau pasrah pada apa yang ada di hadapan mata jasmani kita. Sakit yang tidak kunjung sembuh, persoalan yang tidak memiliki jalan keluar, kondisi kehidupan yang semakin memburuk, ketidakberdayaan kita menghadapi tekanan, dapat meninabobokkan iman kita tanpa perlawanan.
Abraham tidak menyerah kepada kondisi yang ada, melainkan bangkit untuk mengadakan perlawanan, sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya. Abraham tidak membiarkan usianya menjadi kendala kehidupan imannya, melainkan ia menajamkan imannya dengan meyakini kuasa Tuhan yang sanggup melaksanakan apa yang telah dijanjikan. Janji Tuhan menjadi motor yang menggerakkan imannya kepada kuasa Tuhan.
Janji Tuhan harus berada di barisan depan iman kita, karena tanpa janji Tuhan, Laut Merah tidak akan terbelah, gunung batu tidak akan memancarkan air, tidak ada sejarah kemenangan atas Kanaan. Apapun situasi kehidupan yang menjerat kita saat ini, kita harus menggenggam janji Tuhan. Janji Tuhan harus ada di pikiran kita yang terfokus pada-Nya dan tertanam di dalam jiwa kita yang akan melahirkan kekuatan untuk bertahan, serta dekat di bibir kita untuk diucapkan, sehingga rintangan yang menghadapi bisa dikalahkan.
Ketika kita mengerti bagaimana menjalani hari-hari hidup kita yang berlandaskan pada janji Tuhan, maka kemustahilan hidup hanyalah menjadi batu asah iman kita saja. Mari kita merefleksikan diri kita atas konsep kebenaran ini dengan sebuah pertanyaan, "Sejauh manakah janji Tuhan di dalam Firman-Nya berperan dalam keseharian kita? Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, aku bersyukur atas janji-janji-Mu bagi diriku dan aku mau hidup berdasarkan janji-janji-Mu itu, sehingga aku tidak jatuh terkapar. Amin.
Bacaan: Amsal 13:5-7
"Orang benar benci kepada dusta, tetapi orang fasik memalukan dan memburukkan diri.
Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya, tetapi kefasikan mencelakakan orang berdosa.
Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak."
Renungan:
Superiority complex adalah sebuah gangguan dalam jiwa seseorang, yang dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mencapai kesempurnaan di dalam setiap aspek kehidupan orang tersebut. Kelemahan yang ada dalam diri seseorang dapat mengakibatkan seseorang mengalami superiority complex, di mana ia selalu berusaha tampil menjadi orang yang sempurna dalam segala hal di hadapan orang banyak.
Seseorang yang mengalami superiority complex, sesungguhnya menyembunyikan perasaan rendah diri yang ada di dalam dirinya. Misalnya orang tersebut selalu bersikap sombong serta berusaha menguasai orang lain atau berusaha menjadi yang lebih dominan dalam segala hal, termasuk berusaha menguasai pembicaraan dalam sebuah diskusi. Namun sesungguhnya orang itu justru tersiksa dengan kelemahan atau kekurangan yang ia miliki, baik kelemahan atau kekurangan secara fisik, maupun secara mental karena diabaikan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Sehingga dengan cara-cara tertentu ia berusaha menarik perhatian orang lain supaya ia mendapat perhatian, pujian atau sanjungan dari mereka. Contoh lain seseorang yang berlagak kaya, pintar, cantik dan sebagainya, padahal sebenarnya ia tidak seperti itu. Ini membuktikan bahwa ia sudah tidak jujur terhadap dirinya sendiri, tidak hanya kepada orang lain saja. Dengan kata lain, ia seperti memakai topeng. Orang tersebut melakukan hal itu karena tidak ingin dipandang rendah oleh banyak orang, padahal sesungguhnya belum tentu orang lain merendahkannya.
Tuhan tidak ingin kita menjadi pribadi yang rendah diri. Bisa saja kita memandang kelemahan dan kekurangan kita sebagai sesuatu yang buruk, tetapi tidak demikian dengan Tuhan. Oleh sebab itu, terimalah keadaan kita apa adanya. Jangan pernah membandingkan keberadaan kita dengan orang lain. Maksimalkan apa yang kita miliki dan tetaplah menerima apa pun atau bagaimanapun keadaan kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, tolonglah aku untuk bisa menerima diriku apa adanya, karena aku tahu bahwa Engkau selalu memandangku indah. Amin. (Dod).